SLORESIL: SLOW RELEASE UREA DENGAN ENKAPSULASI

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang banyak mengonsumsi pupuk organik dan salah satunya adalah pupuk urea CO(NH2)2. Pada tahun 2015, total permintaan pupuk organik Indonesia mencapai 13 juta ton (Musaad, 2018). Tingginya permintaan pupuk urea dikarenakan pupuk urea memiliki unsur penting yaitu nitrogen (N).

Salah satu usaha untuk mengurangi hilangnya nitrogen adalah dengan membuat pupuk tersebut dalam bentuk slow release. Pupuk dalam bentuk slow release fertilizer (SRF) dapat mengoptimalkan penyerapan hara oleh tanaman dan mempertahankan keberadaan hara dalam tanah, karena SRF dapat mengendalikan pelepasan unsur sesuai dengan waktu dan jumlah yang dibutuhkan tanaman (Yerizam et al.,2017). Menurut Solihin (2017), silika dapat digunakan sebagai bahan baku dalam sintesis pupuk slow release. Silika yang digunakan direkayasa porositasnya dengan menambahkan surfaktan cetyltrimethylammonium bromide (CTAB) hingga diperoleh silika mesoporous (Vazquez et al., 2017). Silika mesoporous dimodifikasi oleh 3-APTMS untuk selanjutnya dicampur dengan urea yang diharapkan dapat membantu mengendalikan jumlah release pupuk agar lebih efektif penggunaannya.

Sumber silika yang digunakan adalah limbah geotermal dari PT. Geo Dipa Energi. Kandungan silika yang tinggi sebesar 85,60% (Erlangga et al., 2015), dan penggunaan kembali limbah geotermal adalah alasan menggunakan limbah geotermal sebagai sumber silika. Oleh karena itu, inovasi yang dikembangkan yaitu dengan memanfaatkan silika limbah geotermal mesoporus yang dimodifikasi menggunakan 3-APTMS (silane agent) untuk mengenkapsulasi urea agar penggunaanya lebih efektif (slow release). inovasi penelitian ini diciptakan oleh mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Erwin Ade P.P.S.,Silvie Elmia Sari, Chloe Tiara Marannu Siagian bersama  Dosen Pembimbing Dr-Ing Silviana S.T.,M.T.

Proses pembuatan pupuk slow release ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu dimulai dari preparasi silika, kemudian preparasi prekursor, sintesis mesoporous silica, modifikasi permukaan silika dan pencucian, adsorpsi urea pada silika 3-APTMS dan pengeringan, uji performa menggunakan FTIR, uji psa, pH meter, BET dan SEM dan juga karakterisasi pupuk slow release urea. Pupuk slow release yang sudah jadi, nantinya diaplikasikan pada tanaman dengan mengukur tinggi, banyak daun, diameter batang selama 14 hari.

Tim yang dibimbing langsung oleh Dr-Ing Silviana S.T.,M.T. ini, berharap Pupuk SLORESIL dapat meningkatkan efektifitas penggunaan pupuk urea dan sekaligus mengurangi dampak limbah geotermal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *