Untuk menjalankan misinya di luar angkasa para astronot perlu memakai pakaian luar angkasa. Pakaian luar angkasa pertama yang digunakan NASA dalam proyek Mercury, program pertama spaceflight manusia Amerika Serikat pada tahun 1959-1962 dirancang oleh Russell Colley. Desain pakaian Russell ini cukup sempit dan membuat terganggunya mobilitas awak NASA. Setelah itu pakaian luar angkasa terus mengalami perkembangan teknologi. Pakaian luar angkasa dibuat agar para Astronot dapat bertahan hidup dari cuaca ekstrem, tekanan tinggi, lingkungan keras, bahkan dari keadaan tanpa udara.
• Atmosfer bertekanan
Pakaian luar angkasa mesti menyediakan tekanan udara untuk menjaga cairan di tubuh anda dalam kondisi cair. Oleh karena itu, pakaian luar angkasa harus mengembang seperti balon yang dibatasi oleh benang berlapis karet, dalam kasus ini adalah benang berlapis Neoprene. Kebanyakan pakaian luar angkasa beroperasi pada tekanan sekitar 0,29 atm.
• Oksigen
Pakaian luar angkasa tidak dapat menggunakan udara normal. Hal ini karena tekanan rendah dapat menurunkan kadar oksigen di dalam darah dan paru-paru, sebagaimana yang juga terjadi saat tiba di puncak gunung. Oleh karena itu, pakaian luar angkasa biasanya dirancang seperti atmosfer yang murni bermuatan oksigen agar astronot dapat bernapas.
• Karbon dioksida
Pakaian luar angkasa harus mampu mengatur peredaran karbon dioksida sebagai zat keluaran dari napas manusia. Karbon dioksida harus dikeluarkan dari atmosfer buatan pada pakaian luar angkasa. Untuk mengatasi masalah ini, pakaian luar angkasa biasanya dilengkapi kaleng lithium hidroksida untuk membuang karbon dioksida.
• Temperatur
Untuk mengatasi temperatur ekstrem, kebanyakan pakaian luar angkasa diisolasi sepenuhnya dengan kain Neoprene, Gore-Tex, dan Dacron. Untuk melindungi para astronot dari suhu panas cahaya matahari, pakaian luar angkasa biasanya merancang lapisan pemantul cahaya yang terbuat dari Mylar atau kain putih. Untuk mengatasi keringat, pakaian luar angkasa dilengkapi pendingin udara agar mencegah uap keringat menutupi pandangan para astronot.
• Micrometeroid
Untuk melindungi dari hantaman meteoroid kecil, pakaian luar angkasa umumnya dilengkapi berlapis kain berbahan tahan lama seperti Dacron atau Kevlar. Selain itu, lapisan ini juga dapat melindungi dari hantaman bahan luar angkasa, planet, atau benda langit yang bergerak di sekitarnya.
• Jarak Pandang
Pakaian luar angkasa dilengkapi helm yang terbuat dari plastik jernih atau polikarbon yang tahan lama. Kebanyakan helm ini digunakan untuk memantulkan cahaya matahari, dan melindungi cahaya yang berlebihan pada penglihatan mata para astronot. Helm ini menyemprotkan senyawa anti uap sehingga membuat helm mampu menjaga jarak pandang yang sesuai bagi para astronot.
• Mobilitas Menggunakan Pakaian Luar Angkasa
Bergerak mengambang pada luar angkasa tergolong sulit. Untuk mengatasi masalah ini, pakaian luar angkasa dilengkapi persendian khusus dengan bahan tertentu untuk membantu para astronot membengkokkan tangan, lengan, kaki, dan telapak kaki.
• Komunikasi
Pakaian luar angkasa dilengkapi sistem pengirim/penerima radio sehingga para astronot dapat berbicara dengan stasiun pengendali atau astronot lainnya. Sistem dioperasikan menggunakan headset dengan microphone dan earphone yang terletak pada tas yang digunakan oleh para astronot.
Sumber: Listiyani, Dini. 2018. Mengintip Sejarah Pakaian Luar Angkasa yang Dipakai Astronot. Dikutip : https://www.inews.id/techno/read/31083/mengintip-sejarah-pakaian-luar-angkasa-yang-dipakai-astronot
Pakaian luar angkasa dibuat agar para Astronot dapat bertahan hidup dari cuaca ekstrem, tekanan tinggi, lingkungan keras, bahkan dari keadaan tanpa udara