Bahan Alternatif Jetfuel

Kondisi udara di dunia telah tercemar polutan yang merugikan, baik berupa asap dari sarana transportasi maupun asap dari cerobong pabrik yang mengandung partikulat yang masih berbahaya bagi lingkungan. Menurut survey Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan pada 27 Maret 2017, Kota Jakarta Utara termasuk kategori tidak sehat berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udaranya. Sedangkan angka penggunaan alat transportasi semakin meningkat, baik di darat, di laut, maupun di udara.

Sisa pembakaran yang dihasilkan alat transportasi udara berperan besar dalam peningkatan jumlah polutan di atmosfer. Namun bagaimana cara menanggulangi hal ini disamping kebutuhan transportasi udara yang sangat tinggi?

Sapphire Energy, perusahaan asal California menemukan inovasi baru dengan memanfaatkan alga untuk memproduksi minyak mentah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin diesel, maskapai penerbangan, maupun jetfuel.

Keunggulan alga sebagai bahan bakar yaitu mudah tumbuh di perairan manapun di seluruh dunia, baik air tawar, air asin, bahkan air yang tercemar limbah industri (dengan perlakuan khusus). Selain itu alga yang merupakan tumbuhan uniseluler ini juga mengkonsumsi CO2 dalam proses fotosintesisnya, sehingga tidak menambah jumlah CO2 di udara. Dalam produksi Algae Biofuel, ada 4 spesies alga yang direkomendasikan oleh Pemerintah Amerika Serikat, yakni Diatoms, Green Algae, Blue-Green Algae, dan Golden Algae.

Keuntungan lain yang didapat dari alga adalah produktivitas bahan bakarnya yang 100 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan kedelai atau bahan baku lain pada luas lahan yang sama. (Departemen Energi Amerika Serikat)

Uji coba penerbangan berbahan bakar Algae Biofuel sudah dilakukan oleh beberapa maskapai, antara lain Continental Airlines pada 7 Januari 2009 dan KLM Royal Dutch Airlines. Menurut Jim Rekoske, Wakil Presiden Bisnis Energi Terbarukan Honeywell, uji coba tersebut relatif berjalan dengan lancar, bahkan bahan bakar yang terpakai lebih sedikit dibandingkan bahan bakar pesawat biasa.

Walaupun penggunaan bahan bakar alga masih jarang, diharapkan pengembangan bahan bakar ramah lingkungan ini dapat diproduksi secara luas dan meningkatkan nilai perekonomian dunia di masa depan.

Sumber: CNN.com & Biofueldigest.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *