Cassia Soap : Sabun Antibakteria dan Antikanker

Universitas Diponegoro  tidak hanya menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya, tetapi juga menghasilkan entrepreneur yang bergerak dalam bidang industri kreatif.

Kali ini karya mahasiswa UNDIP Semarang patut mendapat apresiasi, karena inovasinya dalam menghasilkan produk kesehatan yang ramah lingkungan dengan strategi selling dan branding yang baik sehingga dapat menjangkau target pasar yang benar.

Salah satu contoh kreasi mahasiswa UNDIP Semarang adalah sabun kesehatan “Cassia Soap”. Dalam kurun waktu kurang dari setahun, 5 mahasiswa yakni, Iftitania Ardita Putri Utami, Fisia Aqrorina, Tri Ningrum, Falya Arona Prissila, dan Vila Fitriyah mampu membuat inovasi sabun kesehatan dengan bahan-bahan natural, yaitu daun ketepeng cina dan minyak kelapa.

Berawal dari ide dan pengamatan pasar sabun organik yang sedang berkembang di dalam negeri, tim PKM berusaha melakukan produksi hingga melihat potensi pasar untuk penjualan sabun organik di Indonesia. Setelah mengetahui peluang pasar dan belum banyak kompetitor yang bermain di bagian itu, mulailah usaha untuk mencoba memproduksi hingga memasarkan sabun buatannya. Awalnya hal ini dilakukan melalui pengedaran tester dan penjualan satuan untuk mengetahui reaksi pasar.

Salah satu hal mendasar yang memotivasi  untuk mengembangkan produk sabun organik lebih lanjut adalah testimonial positif yang telah diterima dari pelanggan, teman, dan keluarga yang memakai sabun organik tersebut.

Mereka berkeinginan untuk menggantikan produk sabun komersial yang biasa dipakai dengan sabun organik ini. Karena dapat diketahui bahwa bahan kimia yang terdapat dalam sabun dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada kulit misalnya kandungan triklosan pada sabun komersial akan menyebabkan iritasi, kulit kering, hingga mengganggu sistem hormon tubuh. Selain itu limbahnya dapat mencemari lingkungan karena membutuhkan waktu lama untuk dapat terurai, serta dapat menyebabkan kanker apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Hal yang dilakukan dalam memproduksi sabun organik adalah mengganti triklosan dengan senyawa flavonoid yang memiliki fungsi antibakteri seperti triklosan tapi aman digunakan dalam jangka waktu panjang. Sehingga mereka memformulasikan sabun dengan bahan aktif flavonoid daun ketepeng cina yang memiliki kandungan flavonoid cukup tinggi yaitu 28,86 mg/L.

Pada awalnya terdapat rasa pesimis melihat harga pasar yang cukup tinggi untuk sabun organik ini, akan tetapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba mengambil target pasar kalangan atas dengan kualitas produk yang tinggi. Setelah melakukan berbagai percobaan, pada April 2018 dirilislah produk awal mereka dari bahan daun ketepeng cina. Meskipun penampilannya biasa saja, sabun ini sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit.

Saat ini mereka telah berhasil menjual kurang lebih 300 batang dalam kurun waktu satu bulan. Iftitania beserta kelompok, bekerja sama untuk mengembangkan varian produk hingga pengemasan yang unik. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan brand awareness dan brand value di kalangan masyarakat umum, agar masyarakat mulai menyadari pentingnya menggunakan produk perawatan tubuh organik, khususnya produk hasil kreasi anak bangsa.

Dalam waktu dekat, akan dilakukan izin halal di MUI Semarang. Sabun ini telah teruji di laboratorium UNAIR untuk memberikan jaminan atas kandungan produk organik, sehingga dapat bersaing dengan produk dalam negeri lainnya.


Penulis : Iftitania Ardita, S1 Teknik Kimia 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *