Salah satu bentuk kemajuan teknologi saat ini yaitu adanya gawai atau gadget. Lebih dari 90% pengguna gawai mengalami gejala penglihatan seperti mata lelah, penglihatan buram, penglihatan ganda, pusing, mata kering, serta ketidaknyamanan pada okuler saat melihat dari dekat ataupun dari jauh setelah penggunaan gawai dalam jangka waktu yang lama. Situasi yang seperti ini menyebabkan otot-otot mata dipaksakan untuk bekerja secara terus menerus. Otot akomodasi yang terdapat pada bagian tengah sel yang melapisi pembuluh darah pada mata untuk mengontrol mata ketika melihat objek (otot siliar) semakin membesar sehingga mengakibatkan kelelahan pada mata serta meningkatkan asam laktat dan retina akan mengalami tekanan ketika ada kontras/perbedaan berlebih pada mata yang terjadi terus menerus.
Sekitar 10% dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) di Indonesia mengalami kelainan refraksi dan angka pemakaian kacamata koreksi sampai saat ini masih rendah yaitu 12,5% dari kebutuhan. Jika kondisi ini tidak ditangani secara baik akan berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan anak dan proses pembelajaran yang selanjutnya akan memengaruhi mutu, kreativitas, dan produktivitas angkatan kerja. Kelainan refraksi pada anak merupakan suatu permasalahan yang harus segera ditanggulangi. Keterlambatan melakukan koreksi refraksi terutama pada anak usia sekolah akan sangat memengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan karena informasi diserap individu pada umumnya dengan melihat dan mendengar.
Setiap kali seseorang melakukan aktivitas dalam waktu yang lama dengan menggunakan gadget maka perlu dilakukan istirahat bagi mata untuk memberikan relaksasi otot-otot yang tegang. Hal ini dimaksudkan supaya mata menjadi tidak terlalu lelah dan memiliki kesempatan untuk berkedip dan menjaga jarak pandang pada saat menggunakan gawai sangat penting bagi kesehatan mata. Menurut penelitian oleh Kim et al. (2017) di Korea, penggunaan gadget dengan jarak pandang yang dekat dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan gejala subjektif yang paling sering yaitu astenopia (mata lelah)
Sumber : Sumakul, J. J., Marunduh, S. R., & Doda, D. V. D. (2020). Hubungan Penggunaan Gawai dan Gangguan Visus Pada Siswa SMA Negeri 1 Kawangkoan. eBiomedik, 8(1).
keren bangett bermanfaat
Wahh bagus bgt ini materinyaa
Wowwww sangat informatif!
Keren seklai
designnya keren
mantaapp
kerenn bgtt
thankks infonya
kewrenn
mantaoo bgtt