3 Jenis Katalis dalam Biodiesel

Infografis by Sandra Putri Arintoro

Energi merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Sebagian besar kebutuhan energi masih dipasok dari sumber alam yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang cepat atau lambat pasti akan habis ketersediaannya. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mencari dan mengembangkan sumber energi alternatif yang terbarukan, salah satunya adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang diproduksi dengan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi minyak tumbuhan atau lemak hewan dengan alkohol rantai pendek seperti metanol dengan bantuan katalis. Reaksinya membutuhkan katalis yang umumnya merupakan basa kuat, sehingga akan memproduksi senyawa kimia baru yang disebut metil ester. Katalis berfungsi menurunkan energi aktifasi reaksi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Katalis yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dapat berupa katalis basa maupun katalis asam. Dengan katalis basa reaksi berlangsung pada suhu kamar sedangkan dengan katalis asam reaksi baru berjalan baik pada suhu sekitar 100°C. Bila tanpa katalis, reaksi membutuhkan suhu minimal 250°C. Berikut 3 jenis katalis dalam biodiesel.

Katalis Basa

Katalis basa homogen seperti NaOH dan KOH sangat sering digunakan karena dapat digunakan pada suhu dan tekanan rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang tinggi. Kelemahan katalis basa homogen adalah tidak dapat digunakan kembali dan dapat mencemari lingkungan.

Katalis CaO dari Kulit Telur

Katalis CaO merupakan katalis basa heterogen dan menjadi alternatif yang baik dalam pembuatan biodiesel. Katalis basa heterogen CaO dapat dibuat melalui proses kalsinasi CaCO3 dari kulit telur. Proses kalsinasi kulit telur bertujuan untuk menghilangkan kandungan air, senyawa organik, serta karbon dioksida yang terdapat di dalam kulit telur. Katalis kulit telur baru terdeaktifasi secara sempurna pada penggunaan berulang lebih dari 17 kali.

Katalis Asam

Katalis asam sangat jarang digunakan dalam pembuatan biodiesel. Kegunaan utamanya adalah mengkatalisis reaksi transesterifikasi minyak tumbuhan menjadi biodiesel dan mengkatalisis reaksi esterifikasi asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak menjadi biodiesel. Katalis asam homogen seperti H2SO4, bersifat sangat korosif, sehingga tidak dapat digunakan kembali dan dapat mencemari lingkungan. Katalis asam heterogen seperti Nafion, juga tidak  bisa digunakan karena kemampuan katalisasinya lebih rendah dari pada katalis basa dan harganya relatif mahal.


Sumber: https://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/185/170

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *