3 Fakta Unik tentang Stress

Ketika mendengar kata ‘stres’, apa yang terlintas pertama kali di benak kita? Apakah tentang stres yang merupakan gangguan mental? Ataukah tentang stres yang menyebabkan kematian? Sepertinya jawaban-jawaban yang muncul akan selalu berkonotasi negatif. Hal ini terjadi karena stigma negatif mengenai stres telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia atau bahkan dunia. Namun percaya atau tidak, penelitian menunjukkan bahwa stres itu baik. Berikut tiga fakta menarik tentang stres yang membuatnya baik untuk manusia.
Stres tidak pernah menjadi penyebab kematian


Penelitian menunjukkan bahwa stres berat memang dapat meningkatkan resiko kematian hingga 43%. Akan tetapi, hal ini hanya berlaku bagi mereka yang percaya bahwa stres itu membahayakan kesehatan. Di sisi lain, orang-orang yang mengaku memiliki stres berat namun tidak percaya bahwa stres itu berbahaya justru memiliki tingkat resiko kematian yang paling rendah, bahkan lebih rendah daripada orang-orang yang memiliki stres ringan namun percaya bahwa stres itu berbahaya. Oleh sebab itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang menyebabkan kematian seseorang itu bukanlah stres, namun cara pandang tentang stres.


Stres membuat seseorang bersosialisasi
Berkaitan dengan fakta ini, kita perlu memahami tentang hormon oksitosin terlebih dahulu. Oksitosin merupakan hormon yang berkaitan dengan insting sosial manusia. Hormon ini merangsang manusia untuk melakukan hal-hal yang dapat mempererat hubungan, seperti kontak fisik dengan keluarga atau teman. Oleh sebab itu, banyak orang yang menyalahartikan hormon oksitosin sebagai hormon kebahagiaan, padahal hormon oksitosin merupakan hormon stres. Ketika seseorang merasa stres, tubuhnya akan memproduksi hormon oksitosin sebagai salah satu bentuk respon terhadap stres. Hormon ini akan mendorong mereka untuk mencari dukungan dan menceritakan permasalahan mereka kepada orang lain. Dengan kata lain, hormon ini ingin memastikan bahwa ketika seseorang merasa stres, ia dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dengan mereka. Hal inilah yang menyebabkan stres mampu mempererat hubungan seseorang dengan orang lain.
Stres membuatmu berkembang
Ketika seseorang merasa stres, tubuhnya akan memberikan respon seperti jantung berdebar-debar, nafas tersengal-sengal, berkeringat, dan masih banyak lagi. Namun respon terhadap stres tidak berhenti sampai disitu saja.

Tubuh manusia juga akan melepaskan hormon yang akan membantu kita pulih dari stres. Hormon tersebut dikenal dengan DHEA (dehydroepiandrosterone). Hormon DHEA akan membantu otak kita untuk tumbuh menjadi lebih kuat dari tantangan psikologis yang telah kita hadapi. Selama beberapa jam setelah kita menghadapi stres berat, otak kita akan memperbaiki diri dengan mengingat dan belajar dari pengalaman tersebut. Dengan kata lain, stres meninggalkan jejak di otak untuk mempersiapkan kita menghadapi stres serupa kelak dikemudian hari. Oleh sebab itu, semakin sering kita menghadapi stres, maka semakin berkembanglah kita.



Sumber:
https://ideas.ted.com/how-to-be-good-at-stress/
www.ted.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *