Desa Mluweh Semarang adalah desa yang sangat jauh dari kota Semarang dan jarang sekali ada kendaraan yang melewati desa tersebut. Padahal hasil pertanian desa Mluweh sangat melimpah berupa pisang, umbi-umbian dan jahe-jahean. Petani desa Mluweh sering mengeluhkan biaya transportasi dan biaya operasi yang mahal namun pasar hanya membeli hasil tani tersebut dengan harga murah sehingga keuntungan yang didapat oleh petani pun jumlahnya sedikit.
Dari fenomena itulah, empat mahasiswa Teknik Kimia Universitas Diponegoro mencetuskan ide untuk membantu petani desa Mluweh yaitu dengan membuat pupuk cair dari gedebog pisang yang merupakan salah satu hasil tani dari desa tersebut. Karya buatan Indra Riadi, Imam Noor Said, Bella Anggita Pratiwi dan Yunita Fahni merupakan salah satu rangkaian Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat yang berlangsung dari bulan Januari hingga Juni 2015. Kegiatan ini bertujuan untuk dapat membantu mengurangi biaya operasi pertanian desa Mluweh dan menambah penghasilan serta produktivitas masyarakat. Selain itu juga sebagai upaya mengurangi sampah sisa panen pertanian yang mengurangi nilai estetika dan kebersihan lingkungan.
Produk pupuk cair ini dinamakan BOOSTER dari asal kata BioFertilizer. Batang tanaman pisang hanya dapat berproduksi sekali, sehingga batang pisang tersebut biasanya ditebang dan dibuang begitu saja. Empat mahasiswa ini memanfaatkan batang pisang tersebut menjadi pupuk cair dengan cara memeras batang pisang tersebut dan di fermentasi secara aerob.
Berikut adalah diagram alir pembuatan pupuk kompos dan Biostarter.
Selain sebagai pupuk cair, BOOSTER ini dapat dipakai sebagai biostarter pengomposan secara aerob maupun anaerob. Program ini pun pernah dilaksanakan bersama dengan HMTK (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia) Universitas Dipoengoro dalam rangkaian kegiatan Teknik Kimia Peduli pada bulan Juni 2015. Dengan program ini menerangkan bahwa penggunaan pupuk kompos sebagai pengganti pupuk sintetis dapat membentuk rantai terus menerus. Tanaman menghasilkan produknya (buah, padi dan umbi-umbian) juga menghasilkan sampah seperti dedaunan dan batang-batangan yang kemudian akan diolah menjadi pupuk, dan seterusnya. Jadi dengan pola ini, petani dapat terus menghasilkan produk tanpa tergantung pada harga pupuk.
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan pupuk sintetis atau pupuk kimia menimbulkan dampak negatif terhadap merosotnya daya dukung lingkungan yaitu meningkatkan kandungan kimia sintetis di perairan dan lapisan tanah (top soil). Tingginya kandungan kimia sintetis yang tersimpan dalam tanah atau yang terakumulasi akan bersifat meracuni atau toksin terhadap perakaran tanaman, sehingga kesuburan tanah hari demi hari terus menurun dan produktivit as pertanian kita menjadi semakin rendah. Ironisnya penurunan produktivitas karena kesuburan yang menurun tersebut dijawab dengan penambahan dosis penggunaan pupuk kimia sehingga makin memperparah kondisi lahan yang pada akhirnya akan mengarah pada proses penggurunan, dimana lahan pertanian akan menjadi hamparan gurun yang memiliki kesuburan sangat rendah. Selain itu penggunaan bahan-bahan kimia nonalami, seperti pupuk kimia dan pestisida kimia dalam produksi pertanian ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Melalui produk pupuk cair dan pupuk padat organik dari kegiatan ini menjadi alternatif solusi untuk mengurangi penggunaan pupuk urea yang menyebabkan lahan pertanian di Desa Mluweh kian tandus. Pupuk organik memberikan pasokan unsur hara secara baik meskipun membutuhkan proses yang tidak secepat penggunaan pupuk kimia sintetis. Namun pada jangka panjang, penggunaan pupuk organik akan lebih melestarikan lingkungan karena pupuk organik merupakan pupuk ramah lingkungan dan mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan dengan berkurangnya kandungan residu bahan kimia sintetis pada hasil pertanian yang dikonsumsi oleh manusia. Berikut beberapa manfaat yang diberikan oleh kegiatan ini.
- Alami dan Aman
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dari para petani di daerah Desa Mluweh dan mengurangi masalah pencemaran lingkungan di wilayah Desa Mluweh. Penggunaan pupuk urea yang berlebihan oleh masyarakat mluweh mengakibatnya kerasnya tanah pertanian, selain itu tiap tahunnya kebutuhan urea untuk pertanian mereka semakin meningkat, apabila penggunaan pupuk urtea yang berlebihan ini tidak segera ditangani maka dikhawatirkan tanah pertanian desa Mluweh akan menjadi tidak subur lagi, oleh karena itu dikembangkanlah pupuk organik guna menanggulangi masalah jangka panjang yang akan terjadi karena perilaku masyarakat tersebut. Pengalihan penggunaan pupuk dari pupuk urea ke pupuk organik dilakukan secara bertahap dengan cara mengurangi kadar urea disetiap penanaman. Hal ini diketahui dari data sekunder yang berasal dari LSM Bintari yang sudah berpengalaman pengabdian masyarakat di desa Indrokilo Ungaran Barat. Merealisasikan hal tersebut dengan cara membangun unit kompos dan bak penampungan sebagai Tempat Pembuangan Akhir sampah dan membuat bioaktivator dari bahan organik dan biostimulan EM4.
- Segi Aspek Sosial dan Pendidikan
Dengan program ini masyarakat dapat lebih mengenal potensi yang terdapat di daerahnya, terutama potensi yang dapat dimanfaatkan guna menunjang dan memperbaiki perekonomian mereka. Masyarakat mengetahui perbedaan jenis-jenis sampah yang mereka hasilkan berupa sampah biodegradable dan nonbiodegradable.
- Segi ekonomi
Berikut adalah kebutuhan pupuk dan analisa ekonomi pada pupuk sintetis dan pupuk kompos untuk tanah seluas 1 hektar.
Tabel 1. Tabel Analisa Kebutuhan Pupuk 1 Hektar
Dalam kegiatan ini pembuatan rumah komposter dapat memakai investasi sebesar Rp 4.000.000 lengkap dengan rumah komposter, bak penampung dan komposter aerob.
Tabel 2. Tabel Analisa Biaya Operasi pada Pupuk Sintesis dan Pupuk Kompos
Untuk membuat satu ton pupuk kompos dibutuhkan starter 1 L. Asumsi unit komposter bertahan selama 5 tahun.
Tabel 3. Tabel Analisa Sensitifitas Ekonomi pada Produksi Pupuk Sintesis dan Pupuk Kompos
Dengan demikian, untuk mendapatkan nutrisi yang sama pada 1 hektar lahan tanah, dengan pemberian pupuk organik jauh lebih menghemat biaya dibandingkan dengan menggunakan pupuk sintetis.
BOOSTER saat ini diproduksi oleh organisasi bernama Mluweh Agrifarm yang diketuai oleh Nurhadi yang berfungsi sebagai Unit Pengembangan Budidaya Tanaman Organik Desa Mluweh Ungaran Timur dan motor penggerak petani untuk memproduksi pupuk organik, sehingga dapat menjadi sumber utama pemenuhan pupuk dan selanjutnya menyentuh tahap komersialisasi. (Red)
Artikel penelitian ilimiah ini merupakan tulisan dari Indra Riadi, mahasiswa Teknik Kimia Undip angkatan 2012 yang beserta timnya berhasil lolos bersama 35 tim lain mewakili Undip di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke 28 yang berlangsung di Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara.
Tinggalkan Balasan