
Kecil Kecil Cabe Rawit : Mikroalga Sang Penyerap Karbon Ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil telah memicu krisis energi, pencemaran udara, hingga perubahan iklim global. Menariknya, mikroalga mampu menyerap hampir 2 kg CO₂ hanya dari 1 kg biomassa. Hal ini menjadikannya kandidat unggulan sebagai sumber energi hijau.
🔬 Kenapa Mikroalga?
Mikroalga memiliki kandungan lipid yang tinggi, laju pertumbuhan yang cepat, serta dapat tumbuh di lahan non-produktif maupun perairan limbah, sehingga tidak bersaing dengan kebutuhan pangan. Produksi biofuel mikroalga melibatkan berbagai proses Teknik Kimia, mulai dari kultivasi di fotobioreaktor, pemisahan sel, pretreatment, hingga konversi biomassa menjadi biodiesel, bioetanol, biogas, maupun biohidrogen. Inovasi bioteknologi dan integrasi IoT juga membuka peluang riset besar bagi kita untuk meningkatkan efisiensi produksi.
🌏Dari Mikroalga ke Dunia
Rekayasa genetik, pendekatan bio-refinery, serta optimasi siklus hidup menjadikan biofuel mikroalga berpotensi sebagai energi generasi ketiga yang kompetitif terhadap bahan bakar fosil. Teknologi ini diproyeksikan tidak hanya menyediakan sumber energi bersih, tetapi juga membantu menurunkan emisi karbon secara signifikan. Dalam jangka panjang, pengembangan biofuel mikroalga dapat memperkuat ketahanan energi global sekaligus mendukung agenda keberlanjutan lingkungan.
✨ Bukan Trend, Tapi Kebutuhan!
Biofuel mikroalga bukan sekadar alternatif, melainkan kebutuhan mendesak untuk transisi energi hijau. Dengan kontribusi Teknik Kimia dalam desain proses, pengembangan teknologi, dan efisiensi energi, kita bisa ikut berperan dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Abdullah, M., Ali, Z., Yasin, M. T., Amanat, K., Sarwar, F., Khan, J., & Ahmad, K. (2024). Advancements in sustainable production of biofuel by microalgae: Recent insights and future directions. Environmental Research, 262, 119902.