Pengolahan Sumur Berlumpur Menjadi Air Bersih di Kelurahan Lodoyong

Banyak warga Lodoyong, Ambarawa yang masih menggunakan air sungai yang tercemar oleh limbah sampah dan kotoran dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, air sungai yang kotor dan tercemar dapat menimbulkan bau tidak sedap dan sumber berbagai penyakit.

Peristiwa ini mendorong sebelas mahasiswa Tim II Kuliah Kerja Nyata Universitas Diponegoro 2018 di Lodoyong berinisiatif untuk membuat sistem pengolahan air tanah yang dapat diolah menjadi air bersih. Sumber air tanah yang digunakan berada di bantaran sungai dengan menggali sebuah lubang dengan kedalaman 50 cm. Air ini akan digunakan warga di RW 1 untuk mandi dan mencuci pakaian yang mereka miliki.

Menurut Agung, salah seorang mahasiswa KKN Teknik Kimia Universitas Diponegoro, bahwa metode yang digunakan cukup praktis, yaitu flokulasi dan osmosis terbalik. Flokulasi adalah berkumpulnya partikel-partikel kecil menjadi gumpalan yang lebih besar sehingga nantinya dapat mengendap turun ke bawah. Flokulan yang ada dipasaran dan biasa dipakai memiliki nama dagang tawas dengan rumus kimia KAl(SO4)22H2O.

Sedangkan osmosis terbalik adalah metode penyaringan secara molekuler dengan memberikan sebuah tekanan pada air dengan menggunakan pompa. Padatan yang tersuspensi atau terlarut dalam air dapat disaring dengan cara ini sehingga didapat air yang lebih jernih. Selain itu, sejumlah kaporit ditambahkan sekitar 1–5 gram untuk mematikan bakteri yang ada dalam air tersebut. Air yang sudah bersih kemudian ditampung ke dalam ember atau tandon warga di RW 1 Pandean, Kelurahan Lodoyong.

Namun, hingga saat ini lubang air yang digali dapat hilang sewaktu-waktu jika terjadi banjir atau kenaikan ketinggian sungai akibat hujan yang deras. Pembangunan fondasi perlu dilakukan dengan harapan dapat mencegah rusaknya lubang air yang telah dibuat. Pemasangan sistem pengolahan air ini dapat dilakukan secara permanen jika terdapat sebuah sumur.

Sumur warga yang sudah ada merupakan salah satu sumber air yang dapat diolah menjadi air bersih. Oleh karena itu, program ini diakhiri dengan pemasangan filter catridge berukuran 5 mikron secara permanen di rumah Ibu Tum RW 1 Kelurahan Lodoyong. Ibu Tum menjelaskan bahwa air yang telah disaring akan digunakan untuk mandi, mencuci, dan sekaligus sebagai air minum yang dikonsumsi.

Besar harapan agar program KKN penjernihan air ini dapat terus dilanjutkan oleh tim KKN mahasiswa Universitas Diponegoro selanjutnya. “Penjernihan air dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan air secara kuantitatif baik fisika maupun kimia seperti TDS, pH, besi, tembaga, dan lain-lain’’, jelas Agung.


Penulis : Mas Agung Laksana, Teknik Kimia 2014

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *