Penggunaan energi pada industri yang tidak sebanding dengan sumber energi yang tersedia memunculkan terbentuknya suatu energi terbarukan yang disebut biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dibuat melalui proses transesterifikasi maupun esterifikasi – transesterifikasi yang dibuat dari minyak nabati dengan bantuan alkohol dan katalis. Namun, biodiesel ini memiliki kekurangan yaitu dari hasil produksi biodiesel mengakibatkan menumpuknya gliserol yang mencemari lingkungan. Oleh karena itu, muncul gagasan dalam pembuatan pupuk kalium fosfat dari gliserol limbah biodiesel ini.
Pupuk adalah mineral tambahan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan zat hara dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan tamanan. Pupuk berdasarkan bahannya dibedakan menjadi pupuk organik dan anorganik. Pupuk kalium fosfat merupakan salah satu jenis pupuk anorganik yang didalamnya terkandung makronutrien kalium (K) dan fosfor (P). Kalium merupakan unsur terpenting setelah nitrogen yang berfungsi untuk menguatkan batang tanaman, membantu pembentukan protein pada tanaman, serta memperkuat jaringan tubuh tanaman. Sedangkan fosfor merupakan makronutrien yang berfungsi merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar serta mempercepat pembungaan. Hal ini membuat pupuk kalium fosfat berbahan gliserol limbah biodiesel ini dapat menjadi alternatif pupuk yang dapat digunakan dalam industri petrokimia.
Prosedur dalam pembuatan pupuk kalium posfat ini yaitu melalui produksi biodiesel dengan proses esterifikasi atau transesterifikasi. Proses yang digunakan ini tergantung pada nilai FFA atau kandungan asam lemak bebas. Jika FFA>2%, maka harus melalui proses esrterifikasi terlebih dahulu kemudian dilanjut proses transesterifikasi. Sedangkan jika FFA<2% dapat langsung melalui proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi ini dilakukan dengan pencampuran minyak dengan alkohol sehingga terbentuk ester dan gliserol. Minyak dipanaskan hingga suhunya 60ºC lalu ditambah KOH 1% dan metanol. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 65ºC selama 1 jam sambil diaduk dengan kecepatan 500 rpm kemudian dinginkan dan dipindahkan dalam corong pisah selama 2 jam sampai membentuk 2 lapisan. Lapisan bawah berwarna lebih gelap disebut gliserol, sedangkan lapisan diatas dinamakan biodiesel. Gliserol lalu dipisahkan dari biodiesel dan dapat digunakan untuk pembuatan pupuk kalium fosfat.
Gliserol hasil transesterifikasi biasanya masih mengandung sisa katalis, alkohol maupun trigliserida yang tidak ikut bereaksi. Gliserol inilah yang digunakan untuk pembuatan pupuk kalium fosfat dengan reaksi netralisasi yaitu dengan cara menambahkan asam fosfat 6% sehingga terbentuk garam kalium fosfat dan air. Hasil campuran tersebut didiamkan sehingga terbentuk 3 lapisan. Lapisan atas yaitu asam lemak, lapisan tengah yaitu gliserol murni, dan lapisan paling bawah yaitu endapan kalium fosfat. Endapan dipisahkan dari lapisan lainnya kemudian dimurnikan dengan etanol untuk melarutkan sisa gliserol kemudian disaring dengan kertas saring whatmann. Garam tersebut dioven pada suhu 60ºC selama 1 jam sehingga didapat pupuk kalium fosfat.
Sumber : jurnal.unpad.ac.id http://jurnal.unpad.ac.id/justin/article/view/25712/13273