Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan investasi di sektor industri manufaktur, terutama yang menjadi prioritas dalam Making Indonesia 4.0. Adapun dua negara yang dianggap potensial untuk ditarik modalnya ke Tanah Air, yakni Jepang dan Korea Selatan (Korsel).
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat melakukan kunjungan kerja di Tokyo, Jepang, Senin pada tanggal 18 November 2019 menyatakan bahwa potensi investasi yang begitu besar dari Jepang dan Korsel harus dikawal, sehingga mereka nyaman dan ini harus dilakukan dengan cepat, karena kecepatan ini yang diinginkan Bapak Presiden Joko Widodo
Menperin menuturkan, peluang investasi yang dibidik dalam kunjungan kerjanya ke Jepang dan Korsel adalah industri otomotif, baja, dan kimia. Oleh karena itu, dalam lawatannya, Menperin diagendakan untuk melakukan one on one meeting dengan sejumlah jajaran direksi dari perusahaan-perusahaan ternama kedua negara tersebut. “Kunjungan ini khusus untuk bertemu dengan industri,” jelasnya.
Kesempatan itu sekaligus untuk menjadi momen memperkenalkan diri sebagai Menteri Perindustrian yang baru, serta mendengar langsung aspirasi dari pelaku industri global, sehingga bisa menjadi salah satu masukan dalam merumuskan arah kebijakan pemintah guna mendorong pengembangan industri di Tanah Air.
Dalam kunjungan ke Jepang dan Korsel, Kemenperin juga terus mendorong investasi baru dari industri-industri kedua negara tersebut. Kemenperin coba bicara dengan beberapa prinsipal untuk melakukan pengembangan jenis produk baru.
Komitmen investasi yang dikawal dari kunjungan ke Jepang dan Korea Selatan ini diperkirakan mencapai lebih dari USD5 miliar. Angka itu di antaranya berasal dari rencana investasi Lotte Chemical sebesar USD3,5 miliar untuk membangun pabrik baru petrokimia di Cilegon, Banten. Selain itu sekitar USD200 juta dari Nippon Shokubai yang berniat membangun pabrik baru dan perluasan pabrik acrylic acid.
Nippon Shokubai telah menanamkan invetasinya di Tanah Air, di bawah bendera Nippon Shokubai Indonesia, dengan mengucurkan modal hingga USD120 juta pada Agustus 1996. Perusahaan ini berencana melakukan ekspansi kapasitas pabrik menjadi 240 ribu metrik ton per tahun dari saat ini 140 ribu metrik ton per tahun. Kemenperin tidak hanya mendorong untuk menghasilkan produk kimia hulu, namun juga investasi tersebut bisa menciptakan produk kimia hilir.
Untuk industri baja, direncakan Menperin akan bertemu dengan Nippon Steel Corporation. Hal tersebut, sekaligus dalam upaya mencari solusi untuk peningkatan daya saing industri baja tanah air, sehingga tidak menjadi salah satu penyumbang deficit neraca perdagangan Indonesia.
Dalam pertemuan ini, Menperin didampingi Sekjen Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono, Inspektur Jenderal Kemenperin Setyo Wasisto, Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Ditjen ILMATE Kemenperin Putu Juli Ardika, Direktur Industri Kimia Hulu Ditjen IKFT Kemenperin Fridy Juwono.
Sumber : kemenperin.go.id