
Penyakit gigi dan mulut adalah masalah kesehatan keenam yang paling banyak dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia dan menempati posisi keempat sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi. Menurut data WHO, 90% penduduk Indonesia menderita karies gigi. Masalah karies gigi merupakan salah satu isu utama yang dihadapi masyarakat, yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan mulut. Konsumsi makanan yang umum di Indonesia berkontribusi pada timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan perawatan karies gigi di Indonesia sangat tinggi dan sangat penting.
Penyebab utama kerusakan gigi adalah karies dimana asam hasil fermentasi karbohidrat oleh bakteri yang dapat melarutkan lapisanlapisan gigi seperti email, cementum dan dentin. Bakteri penyebab karies gigi adalah bakteri Strepcoccos Mutans yang bersifat anaerobik, tidak bergerak dan mampu menghasilakan asam yang mengakibatkan produksi saliva terganggu. Sedangkan fungsi dari saliva adalah sebagai aktivitas anti-bakteri.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pembuatan pasta gigi non-flourida dengan menggunakan bahan-bahan alami dari ekstrak daun kemangi dan daun binahong dengan bahan aditif Sodium Lauryl Sarcosinate yang mempunyai tingkat abrasi lebih kecil disbanding flourida yang tingkat abrasinya lebih besar. Ekstrak daun kemangi memiiki aktifitas sebagai antibiofilm dan antibaketrial. Sedangkian ekstrak daun binahong dapat menurunkan akumulasi plak gigi dalam rongga mulut kerena mengandung senyawa alkaloid, polifenol dan sapohin yang menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini menggunakan bahan seperti ethanol PA 98%, Sodium lauryl sarcosinate, gliserin, minyak papermint, kalsium karbonat, daun kemangi, dan daun binahong dari Sudiang dan Daya, Makassar. Prosesnya meliputi penggerusan 50 gram sampel, maserasi dengan ethanol PA 98% selama 7-8 hari, diaduk berkala, dan diakhiri dengan evaporasi. Kandungan polifenol dalam ekstrak diukur dengan spektrofotometri UV-Visible menggunakan asam tannat sebagai pembanding. Pasta gigi herbal dibuat dengan mencampur kalsium karbonat, gliserin, sodium lauryl sarcosinate, serta ekstrak kemangi dan binahong hingga homogen. Hasil menunjukkan kadar polifenol daun kemangi meningkat seiring waktu maserasi, sementara daun binahong menurun. Ekstrak daun kemangi dengan maserasi 8 hari memiliki kadar polifenol tertinggi (289.4 mg/g), menunjukkan potensi antibakteri yang kuat.
Sumber: Jannah, M., Jumrawati, J., & Dzakiah, A. A. (2018). Inovasi Pasta Gigi Antiplak dan Antiseptik dari Daun Kemangi dan Daun Binahong. Journal Of Chemical Process Engineering, 3(1), 55. https://doi.org/10.33536/jcpe.v3i1.196
https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JCPE/article/view/196
Tinggalkan Balasan