Kuceritakan sedikit alasan mengapa akhirnya kami hanya duduk berdua di sini, dalam salah satu gerbong kereta rel listrik yang melaju pelan dan berhenti di stasiun-stasiun untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Kami, sepasang bapak dan anak. Ia kuberi nama Baskara yang berarti matahari. Tentu dengan banyak harapan, salah satunya agar ia menyinari kegelapan hidupku, meskipun dirinya sendiri berada dalam dunia yang gelap.
Lanjutkan membaca “Langit Biru, Sawah Hijau, dan Perempuan Tercantik di Dunia”