Saat ini sering kali kita mendengar di televisi, artikel majalah, koran maupun berita mengenai bahaya plastik dan dampak negatif yang ditimbulkannya bagi lingkungan. Namun, tetap saja hanya segelintir orang yang peduli bahkan sampai meneliti lebih lanjut tentang masalah ini. Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui hampir di setiap barang yang kita gunakan sehari-hari, mulai dari botol minum, tempat makan, TV, kulkas, pipa paralon, plastik laminating, compact disk (CD), kantong plastik, kendaraan, mesin alat-alat rumah tangga, bahkan mainan anak-anak sekalipun. Tidak bisa dipungkiri kalau kita hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung plastik. Plastik banyak dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, danmurah. Plastik merupakan polimer rantai panjang atom-atom yang saling mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau “monomer”. Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang. Namun, disamping penggunaannya yang sangat luas plastik memiliki dampak negatif bagi kesehatan juga bagi kelestarian lingkungan. Umumnya jenis plastik yang banyak kita jumpai adalah plastik sintetis yang mengandung PVC (polyvinyl chloride), polystyrene, dan polycarbonate. Plastik jenis ini sangat berbahaya jika digunakan untuk membungkus makanan karena bahan-bahan tersebut dapat berpotensi merusak sistem hormon, merusak ginjal, hati, otak dan sistem syaraf jika masuk dan tercampur dengan makanan yang kita makan. Selain itu, plastik ini sangat sulit terurai secara alami oleh mikroorganisme sehingga sampah plastik dapat mencemari tanah, air dan lingungan. Salah satu hasil yang ditawarkan dari berbagai riset ini adalah dihasilkannya plastik biodegradable (bioplastik).
Bioplastik adalah plastik berbahan dasar molekul polimer organik yang berasal dari tumbuhan. Jenis bioplastik antara lain polyhidroksialkanoat (PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylaktida (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung kentang, tepung singkong atau jagung oleh mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi. Bahan dasar bioplastik utama berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer lain yang terdapat di sel tumbuhan dan hewan. Bahkan baru-baru ini juga mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta meneliti Mikroalga, semacam mikroorganisme mirip tumbuhan dari kingdom monera, yang dapat menjadi bahan dasar pembuatan bioplastik. Dari Penelitian ini lahirlah pembungkus makanan ramah lingkungan yang dibuat dari endible film dari mikroalga platensis. Hasilnya adalah lembar pembungkus dan mudah terurai bahkan endible film ini bisa dimakan dan mengandung anti oksidan. Bioplastik ini dapat terurai dalam waktu yang jauh lebih singkat dari plastik sintetis, hanya sekitar 2 minggu plastik ini sudah dapat diuraikan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Hasil degradasi plastik ini pun dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak atau sebagai pupuk kompos. Oleh karena itu, bioplastik ini sangat tepat digunakan untuk mengatasi persoalan lingkungastik. Indonesia sendiri potensi bahan baku bioplastik yang sangat melimpah karena di Indonesin saat ini yang disebabkan oleh limbah plaa banyak terdapat berbagai tanaman penghasil tepung seperti singkong, beras, kentang, dan tanaman lainnya. Apalagi harga umbi-umbian di Indonesia relatif rendah. Dengan memanfaatkan sebagai bahan bioplastik, akan memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Bukan tidak mungkin kelak Indonesia menjadi produsen terbesar plastik biodegradable di dunia.
Majalah Kinetika edisi 40, halaman 28